Kamis, 19 April 2012

tragedi merica

Hari Minggu ini, Shasa akan membantu mama memasak. Kata mama, Shasa sudah cukup besar dan bisa berhati-hati dalam menggunakan pisau dapur. Menu yang akan dimasak adalah Sup Ceker kegemaran Shasa. Eh, sebenarnya bukan cuma Shasa yang suka Sup Ceker. Papa juga suka loh..

Belanja di
 tukang sayur
Berdua dengan mama, Shasa berbelanja keperluan membuat Sup Ceker ke tukang sayur yang mangkal diujung jalan. Ceker ayam, Kentang, Wortel, Kol, Buncis dan daun Seledri. Hmmm.. Shasa sudah tidak sabar ingin cepat-cepat memotong-motong sayuran.

PeelerSelesai sarapan, acara memasak pun dimulai. Mama mengajari Shasa cara menggunakan Peeler, pisau khusus untuk mengupas kulit sayuran yang tipis. Biasanya digunakan untuk mengupas Kentang dan Wortel. Sreett.. Sreett.. Dengan hati-hati, Shasa mulai mengupas Wortel. Setelah itu giliran Kentang yang dikupas. Selesai dikupas, wortel diiris dan kentang dipotong kecil berbentuk dadu.


Memotong 
wortel dan kentang

Tok.. tok.. tok.. terdengar suara pisau beradu dengan talenan kayu yang digunakan sebagai alas untuk memotong Wortel dan Kentang. Selesai dipotong, keduanya diletakkan dalam wadah berisi air. Kata mama, kalau tidak direndam air, kentang yang sudah dipotong-potong akan berubah warna menjadi kecoklatan.
Jahe

“Itu apa, Ma?” tanya Shasa. Tugasnya mengiris wortel dan memotong kentang sudah selesai.

“Ini namanya Jahe. Gunanya untuk menghilangkan bau amis Ceker Ayam. Nanti Jahe ini akan dimemarkan dan direbus bersama-sama dengan Ceker Aym,” jelas mama.

“Bumbu Sayur Sop itu apa saja sih, Ma?” tanya Shasa ingin tahu.

“Bumbunya sederhana saja. Hanya Bawang Putih dan Merica yang dihaluskan kemudian ditumis dan dimasukkan kedalam rebusan Ceker Ayam,” Mama menjelaskan.

“Aduh, Sha, Mama lupa membeli merica,” Mama berseru panik saat membuka tempat merica ternyata dalam keadaan kosong.

“Coba tolong lihat, tukang sayur di ujung jalan masih ada tidak?” pinta mama. Shasa bergegas ke luar rumah.

“Tukang sayurnya sudah tidak ada, Ma,” lapornya. “Tidak usah pakai merica deh, Ma.”

“Aduh, Sha, nanti gak enak dong sayur Sop-nya,” keluh Mama.

“Beli di minimarket saja, Ma,” usul Shasa.

“Di minimarket biasanya hanya menjual merica halus. Dibanding dengan merica butiran, aromanya kurang. Tapi apa boleh buat..” Mama tampak berfikir sejenak. “Kalau begitu Shasa pergi ke minimarket bersama Papa membeli merica halus. Mama di rumah merebus ceker ayam. Bagaimana?”

“Oke deh,” Shasa langsung setuju. Dicarinya Papa yang dengan senang hati langsung bersedia mengantar dan menemani Shasa ke minimarket.

Tak lama kemudian Shasa sudah kembali tiba di rumah.

“Merica halus-nya tidak ada, Ma,” lapornya.

Mama mengerutkan kening.

“Benar tidak ada?” tanya mama memastikan.

“Benar,” Shasa mengangguk yakin. “Tuh, tanya saja papa kalau tidak percaya,” katanya lagi.           
“Iya, tadi Papa lihat di rak tempat bumbu-bumbu tidak ada merica halus,” Papa mengiyakan.

Mama tampak berfiikir. “Coba Shasa ceritakan, yang ada di rak bumbu-bumbu itu apa saja?” tanya mama.

Shasa mengingat-ingat. “Disitu ada Garlic powder. Garlic itu Bawang Putih kan, Ma?” tanyanya.           
Mama menganggukkan kepala. “Selain Garlic Powder ada apa lagi?” tanya mama dengan sabar.

“Ada ketumbar halus, garam halus, lada halus..”

Kata-kata Shasa terhenti manakala dilihatnya mama tersenyum lebar.

“Kenapa sih, Ma?” tanyanya bingung.

Merica
 / Lada halus“Shasa sayang, lada itu nama lain dari merica,” jawab mama sambil sibuk menahan senyumnya supaya tidak semakin lebar.

Shasa berpandangan dengan papa.

“Sudah sana balik lagi ke minimarket,” kata mama. “Cepat ya, Ceker Ayam-nya sudah empuk nih,” mama melanjutkan kata-katanya.

Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, Shasa mengekor di belakang papa yang segera beranjak dari dapur.
Lada sama 
dengan merica
“Mana Shasa tahu kalau lada dan merica itu sama,” gumam Shasa.

“Papa juga baru tahu,” Papa berkomentar.

Di dapur mama tidak bisa lagi menahan tawanya. Ha..ha..ha

0 komentar:

Posting Komentar